SELAMAT JALAN GUS DUR
[ Kamis, 31 Desember 2009 ]
Firasat Kepergian Itu Terjadi di Jombang
Di Lokasi Makam Sudah Drop, Ngotot tetap Berziarah Enam hari sebelum meninggal, Gus Dur menyempatkan diri berziarah ke makam para leluhurnya di Jombang. Ini kah firasat sebelum pergi untuk selamanya?
FENDY HERMANSYAH, Jombang ---
ROMBONGAN Gus Dur tiba di Jombang sekitar pukul 15.00, Kamis pekan lalu (24/12), setelah menempuh perjalanan darat dari Rembang. Di tanah kelahirannya itu, Gus Dur sempat mampir ke rumah mertuanya di Jl Juanda. Setelah itu, langsung menuju ke makam KH Wahab Chasbullah, di kompleks Pondok Pesantren Mambaul Maarif, Tambak Beras.
Saat itu, hari sudah menjelang maghrib. "Begitu tiba di kompleks makam, kondisi Gus Dur sebenarnya lemas," cerita salah seorang kerabat dekat Gus Dur yang ikut dalam rombongan tersebut. Setelah diperiksa dokter pribadi, diketahui kadar gula Gus Dur drop. "Namun dengan kondisi seperti itu, Gus Dur ngotot memaksa untuk tetap berziarah," ceritanya. Tak ada yang berani menentang Gus Dur kala itu.
Benar saja. Usai berziarah, kondisi Gus Dur semakin ngedrop, hingga tubuhnya benar-benar lemas. Oleh tim dokter pribadinya, Gus Dur dilarikan ke RSUD Jombang untuk mendapat perawatan intensif. Saat itu sekitar pukul 19.00. "Kadar gula Gus Dur sempat 78," kata dr Dewi Nugrahini, salah seorang dokter yang merawat Gus Dur. Dia menjelaskan, selain kadar gula yang drop, trombosit dalam darah Gus Dur juga menurun. "Turun sampai 140 ribu," katanya.
Beberapa jam dirawat di RS tersebut, kondisi Gus Dur berangsur membaik. Meski demikian, pihak RSUD Jombang merekomendasikan agar Gus Dur dirujuk ke RSUD dr Soetomo, Surabaya. Pihak RSUD Jombang lantas mengontak RSUD dr Soetomo.
Pihak RSUD dr Soetomo lantas mengirim ambulans ke Jombang. "Demi pemulihan Gus Dur, beliau dirujuk ke rumah sakit Graha Amerta di RSUD dr Soetomo," kata dr Mahfudz, dokter spesialis dalam yang menangani Gus Dur.
Setelah ambulans dari Surabaya tiba di Jombang, Gus Dur tidak mau naik ambulans. Dia minta naik mobil pribadi menuju ke Surabaya. Menjelang pukul 24.00, berangkatlah rombongan Gus Dur ke Surabaya.
Ketika rombongan tiba di kawasan Trowulan, Mojokerto, tiba-tiba Gus Dur minta putar balik ke Jombang lagi. Kali ini, dia minta diantarkan ke makam ayahandanya di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng. "Padahal saat itu, pihak RSUD dr Soetomo sudah siap-siap menyambut Gus Dur. Tapi beliau tiba-tiba minta putar balik. Seperti ada yang membisiki beliau," katanya.
Rombongan Gus Dur tiba di Tebuireng pada dini hari sekitar pukul 02.00. Saat itu ribuan santri menyambut kedatangan Gus Dur.
Usai berziarah ke makam ayah (KH Wahid Hasyim) dan kakeknya (KH Hasyim Asy'ari), Gus Dur dan Ny Shinta Nuriyah sempat beristirahat selama hampir setengah jam. "Saat itu kondisinya (Gus Dur) sudah pulih, makanya bisa ziarah ke sini," tutur pengasuh ponpes Tebu Ireng, Gus Solah kala itu.
Menurut orang dekat Gus Dur yang ikut dalam rombongan tersebut, kepergian Gus Dur ke Jombang untuk berziarah ke makam leluhurnya, bisa jadi merupakan firasat bahwa dia akan pergi selama-lamanya. "Karena memang cukup lama Gus Dur tidak berziarah ke makam leluhurnya itu," katanya.
Tebuireng dan Denanyar Sama-Sama Siap Lokasi Makam Sejak mendapat kabar Gus Dur meninggal tadi malam, Pondok Pesantren Tebuireng di Jombang mulai ramai didatangi masyarakat. KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), pengasuh pondok pesantren itu, menyatakan mendapat kabar kali pertama soal meninggalnya Gus Dur dari pengawal pribadinya, Sulaiman.
Di Ponpes Tebuireng hingga tadi malam pukul 22.00, terlihat para santri tak henti-henti membacakan tahlil untuk Gus Dur. Sejumlah petugas keamanan pondok dan aparat kepolisian datang ke pondok untuk mengamankan lokasi.
Terlihat pula aparat kepolisian yang dipimpin langsung Kapolres Jombang AKBP Tomsi Tohir. Selain bertakziah, Kapolres berkoordinasi dengan Gus Sholah untuk mempersiapkan rencana pemakaman Gus Dur jika memang dimakamkan di Tebuireng.
Terkait dengan rencana pemakaman Gus Dur, Gus Sholah mengaku belum mengetahui pasti. ''Saya saat ini sedang menunggu kabar dari keluarga,'' ujarnya. Namun, kata dia, untuk pemakaman, Tebuireng-lah tempat yang tepat bagi peristirahatan terakhir Gus Dur.
Mengenai hal itu, Gus Sholah menegaskan bahwa Gus Dur dilahirkan di kompleks Ponpes Tebuireng. ''Dia juga dibesarkan di sini,'' lanjutnya. Karena itu, sebaiknya pemakaman dilakukan di Tebuireng.
Selain itu, Gus Sholah menuturkan, pemakaman di Tebuireng nanti memudahkan ziarah oleh keluarga maupun masyarakat. ''Tebuireng ini tempat yang pas bagi pemakaman Gus Dur,'' ungkapnya.
Jika keluarga Gus Dur menetapkan Tebuireng sebagai tempat pemakaman, pihaknya mengaku akan mempersiapkan segala sesuatunya. Tapi, dia menyerahkan segala keputusan kepada keluarga Gus Dur. Sebelum Gus Dur meninggal, Gus Sholah pernah bertemu kala Gus Dur berziarah ke kompleks pemakaman pendiri Tebuireng yang tak lain adalah kakek, ayah, dan ibu Gus Dur.
Gus Sholah mengaku tidak mendapat tanda atau firasat terkait meninggalnya kakaknya tersebut. Terakhir dirinya bertemu Gus Dur di RSUD Jombang ketika Gus Dur dirawat karena gula darahnya naik. ''Saat itu, saya cuma tanya gimana rasanya. Terus, dia (Gus Dur) menjawab sudah enakan,'' tutur cucu pendiri Nahdlatul Ulama itu.
Terkait dengan wafatnya Gus Dur, dirinya menyatakan bahwa bangsa Indonesia kehilangan tokoh yang sangat istimewa. ''Sosok guru bangsa,'' ungkapnya.
Dia juga menegaskan bahwa sulit mencari pengganti Gus Dur. ''Bangsa Indonesia akan sangat kehilangan sosok beliau,'' tegasnya.
Mengenai masa kecil Gus Dur, Gus Sholah mengungkapkan bahwa bakat istimewa Gus Dur memang terlihat sejak kecil. ''Bacaannya sudah berat-berat. Orang-orang pun mengakuinya,'' ujarnya sambil menunjukkan gambar Gus Dur di rumah sakit.
Saat ini, para santri bersiap-siap jika ponpes menjadi tempat pemakaman Gus Dur. Suasana di pondok sangat sibuk. Para kolega dari pondok pesantren di lingkungan Jombang mulai berdatangan.
Di bagian lain, suasana haru juga terjadi di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang. Pondok pesantren itu juga sangat kehilangan setelah Gus Dur dinyatakan wafat.
Beberapa pengasuh dan pengurus yayasan sempat tak percaya dengan kabar meninggalnya Gus Dur. ''Saya mendengar kabar 10 menit setelah beliau wafat,'' kata pengasuh Pondok Pesantren (ponpes) Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang, KH A. Hafidz Ahmad kepada Radar Mojokerto (Jawa Pos Group).
Nama besar Gus Dur di (ponpes) tersebut memang tak asing. Maklum, tokoh yang juga mantan presiden itu dilahirkan di sebuah rumah dalam kompleks tersebut.
''Di kamar inilah Gus Dur dilahirkan,'' ujar A. Hafidz Ahmad tadi malam sambil menunjukkan sebuah kamar berukuran 3x4 meter itu. Selain dilahirkan di kamar itu, Gus Dur kerap menggunakan kamar tersebut untuk beristirahat jika berkunjung ke Jombang.
Ponpes itu juga mempunyai kenangan manis bagi Gus Dur. Di antaranya adalah dia pernah menjabat ketua yayasan ponpes yang memiliki santri ribuan tersebut.
Dalam kepengurusannya, dia berhasil memberikan sumbangsih yang sangat besar. Dia adalah satu-satunya ketua yayasan yang mampu menyatukan ponpes yang memiliki beberapa cabang tersebut. ''Kalau ngomong soal sumbangsih, tentu sangat besar. Salah satu di antaranya, dia mampu menyatukan pondok yang telah bercabang-cabang itu,'' ungkapnya.
Selain itu, ponpes tersebut mampu menjadi magnet bagi masyarakat di Jawa dan luar Jawa. Terbukti, meski hanya menjabat ketua yayasan selama 3 tahun, Gus Dur mampu membesarkan dan mengharumkan nama Mamba'ul Ma'arif dengan ribuan santrinya.
Karena Gus Dur lahir di Desa Denanyar, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, beberapa keluarganya yang berada di Denanyar, Jombang, berharap agar dia dimakamkan di Denanyar. ''Saya sangat mengharapkan Gus Dur dimakamkan di sini. Sebab, rumah ini, tanah ini, pernah menjadi kenangan Gus Dur kecil,'' kata Hafidz.
Harapan tersebut, kata dia, bukan keinginan yang baku. Itu masih bisa dirembukkan lagi. ''Makam keluarga Gus Dur kan berada di Tebuireng. Besar kemungkinan ya dimakamkan di sana,'' tuturnya.
(mg1/mg2/nk/jpnn/kum)